WOS Research id

Rabu, 23 Mei 2012

Potensi Bitumen Padat Pulau Buton sebagai Potensi Energi Pengganti Bahan Bakar Minyak

Bahasa Indonesia: Lokasi Kabupaten Buton di Pr...
Bahasa Indonesia: Lokasi Kabupaten Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara Kategori:Peta penunjuk posisi di Indonesia (Photo credit: Wikipedia)


Istilah Bitumen padat (oil shale bahkan aspal) adalah merujuk kepada batuan sedimen yang mengandung material bituminous yang padat dan dapat dilepaskan menjadi minyak cair manakala batuan tersebut dipanaskan (bartis, 2005).
Oil shale is a sedimentary rock containing organic matter, kerogen, and belongs to the group of sapropel fuels (ots, 2007).
Untuk mengambil minyak dari bitumen padat maka batuan sedimen yang umumnya berukuran butir pasir hingga lanau dipanaskan dan akan menghasilkan cairan yadng cairan tersebut akan ditangkap yang dikenal dengan istilah retoring.

Potensi Sultra
Sultra dengan potensi aspal alamnya yang terkenal di dunia selain aspal alam di afrika. menjadikan sultra memiliki potensi bahan bakar fosil yang cukup besar. Potensi aspal alam di sultra yang terletak di pulau buton dengan jumlah cadangan 2.663.648.000 M3 atau setara sekitar 3.835.653.120 ton (DESDM Prov.Sultra,2011). Jika disetarakan dengan jumlah energi yang dapat dihasilkan sekitar
tatanan geologi pulau buton sendiri didapatkan potensi aspal (bitumen padat) di buton setelah dilakukan studi geokimia hidrokarbon pada conto batu aspal Fm. Sampolakosa dari daerah Lawele dan daerah Sampolawa, bitumen padat/oil shale dari Fm. Winto dari daerah Sampolawa dan minyak rembesan/oilseeps pada Fm. Tondo daerah Kapontori. Ini semua memberikan gambaran potensi hidrokarbon pada daerah sultra sangat prospek.
 Peta Aspal
Peta Sebaran Potensi Aspal di Pulau Buton
Berdasarkan analisis kandungan hidrokarbon (minyak) untuk formasi winto kandungan minyaknya sekitar 20 - 130 liter/ton dan formasi tondo kandungan minyaknya 70 - 190 liter/ton (Asep Suryana, 2005).
jika cadangan 3.835.653.120 ton tadi mengandung 20 liter minyak/tonnya maka kita bisa memiliki cadangan minyak 76.713.062.400 liter.
Bayangkan kebutuhan energi di Indonesia saja perlu bahan bakar minyak (BBM) sekitar 63 milyar liter per tahun dan Sulawesi tenggara memerlukan BBM sekitar 412.489.000 liter (BPH Migas, 2012).
Jadi seandainya potensi bitumen padat(asphalt) buton 30% cadangan di refining sebagai hidrokarbon (heavy oil) maka sultra memiliki sumber energi kurang lebih 23.013.918.720 liter. ini menunjukkan dari daerah ereke dengan ladang bitumen seluas 1000 ha saja kebutuhan energi sultra akan dapat dipenuhi hingga 55 tahun lamanya.Sungguh suatu potensi bahan bakar yang cukup tinggi dan menjanjikan bagi kebutuhan energi di Sulawesi Tenggara.
beberapa negara telah mengekploitasi bitumen padat tercatat di tahun 2008 negara seperti brasil, cina estonia dan jerman serta rusia telah berekperimen didalam pengembangan production plant dari bitumen padat ini. hasilnya digunakan sebagai minyak bakar untuk pembangkit listrik, pabrik semen, dan industri kimia (Wikipedia).
Data komite Energi Dunia (WEC) dalam tahun 2008 total produksi dari bitumen padat sekitar 930.000 ton atau setara 17.700 barrel/hari bandingkan dengan produksi minyak dan gas alam cair pada tahun yang sama sekitar 3,95 milyar ton atau 82,12 juta barrel/hari. Maka potensi pasar bitumen padat didalam mensubtitusi minyak bagi kebutuhan energi masa depan sangat menjanjikan.

Teknologi pemurnian (refiniry)
Untuk mengekstraksi bitumen padat dari batuan sedimen maka langkah pertamanya adalah menambangnya. Ada 2 metode penambangan yang dapat digunakan yaitu : Underground mining dan Surface mining.
Mengekstraksi bitumen padat pada saat ini menggunakan dua pendekatan yaitu : ekstraksi di atas permukaan (ex-situ processing) dan ekstraksi di bawah permukaan (in-situ processing).
kedua proses ini menggunakan proses kimia yang di kenal dengan nama pyrolisis, yaitu merubah kerogen didalam bitumen padat menjadi syntetic crude oil dan gas.
Caranya panas (>900°F) pada saat pyrolisis akan membuat crack kerogen sehingga melepaskan hidrokarbon dan hidrokarbon sendiri akan crack menjadi molekul hidrokarbon yang ringan.
kedua pendekatan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun teknologi tentang kedua pendekatan tersebut telah ada komersialisasinya seperti Kiviter,Galoter,Fushun,dan Petrosix.

Masalah Lingkungan dalam Pengembangan Bitumen Padat
Pertambangan adalah kegiatan yang pasti memiliki dampak langsung terhadap lingkungan terutama jika tambang tersebut adalah tambang terbuka.
Demikian pula untuk tambang bitumen padat maka isu lingkungan yang paling utma adalah material logam, dan sulfur yang terekspose ke udara akibat penambangan, polusi udara dan polusi air tanah akan menjadi isu-isu yang sensitif. Perbedaan cukup signifikan hasil emisi Carbon monoksida (CO) dan carbon diokside (CO2) dari bitumen padat lebih rendah dibandingkan gasolin, tetapi tinggi dalam nitrogen oxides (NOx) dan kadar partikel abu. kita ketahui bersama bahwa NOx adalah penyebab utama dari ground-level ozone pollution (smog).

Pemanfaatan bitumen padat untuk pembangkit listrik
Kita dapat mengambil pelajaran berharga dari negara Estonia. Sebuah negara di kawasan baltik eropa utara dengan luas wilayah 45.227 km2 dengan jumlah penduduk 1,34 juta jiwa merupakan penduduk tersedikit di negara Uni eropa. Namun memiliki pedapatan perkapita yang besar dengan fokus utamanya adalah sebagai ekportir energi listrik bagi negara-negara di eropa utara atau ex-soviet.
Pertama menggunakan bitumen padat sebagai bahan bakar lokomotif setelah pada tahun 1924 mereka membangun
the Tallinn Power Plant dengan kapasitas terpasangnya 23 MW. selanjutnya pada tahun belakangn ini banyak dibangun oil shale-fired power plants di daerah utara Estonia seperti Püssi, Kohtla, Kunda, dan Kiviõli.
Dengan teknologi yang berkembang baik seperti oil shale PF technology di Kohtla-Järve Power Plant yang beroperasi sejak tahun 1949 dengan kapasitas 48 MW, dan Ahtme Power Plant, yang beroperasi sejak tahun 1951 dengan kapasitas 75.5 MW.

Sulawesi tenggara jika ingin dibandingkan dengan Estonia, dimana kedua daerah ini memiliki cadangan bitumen padat yang signifikan besarnya memang tidaklah realistik namun idealnya dengan potensi yang ada sudah selayaknya Sulawesi tenggara sebagai bagian dari NKRI memiliki arah pengembangan energi berdasarkan kekayaan alamnya, sehingga harapannya kelak terciptanya ketahanan energi Sulawesi tenggara yang akan turut serta memberikan andil dalam penciptaan ketahanan energi nasiona. Jika energi kita kuat maka fungsi strategis sebagai tuntutan fungsi pertahanan dan keamanan, konservasi energi dan peningkatan cadangan energi nasional (cadangan minyak nasional) dapat terwujud.

Mari majukan potensi geologi sultra sebagai salah satu penggerak kesejahteraan masyarakt sultra, indonesia bahkan umat dunia....amin.
Enhanced by Zemanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar